Langsung ke konten utama

Cerita Pendek : Rokok

           

Rokok


 

Enemy triple kill, mundur bro kita def dulu. kata sekumpulan anak remaja yang duduk di meja sebelahku. Suasana warung kopi pagi hari yang ku kira sangat syahdu. Ditemani suara kicau an burung milik Andre ( temanku pemilik warung kopi ), dimanjakan oleh harum aroma kopi serta rokok yang selalu menemani ku apapun keadaannya. seluruh angan-angan ku tentang hal tersebut mulai pudar. Akhirnya setelah menegak habis kopiku akupun pulang dengan membawa rasa suntuk yang sama. yang kukira akan hilang tergantikan oleh inspirasi atau pikiran baru di pagi hari itu.

    Selama liburan yang "tak terencanakan" ini aku biasa menghabiskan waktuku dengan menonton film, membaca buku, scroll" gak jelas. Waktu aku sampai rumah suasananya ramai sekali, kebanyakan suara wanita. Mungkin mereka teman adikku yang masih duduk di bangku kuliah. Baru saja memarkir motor butut supraku yang menjadi kebanggaanku, aku di mintai tolong oleh adik perempuanku yang sangat imut itu. Mas, tolong belikan bakso yah di tempat biasa. Katanya sambil tersenyum memamerkan gigi gingsulnya yang seaakan menjadi kebanggaannya sejak dia masih kecil. Kamu kan bisa berangkat sendiri, bulan lalu kan sudah ku ajarkan pakek motor. Kataku kesal. Ihh aku masih sibuk nih ngerjain tugas sama temen-temen, mana dosennya galak lagi, besok sudah deadline... blah blah blah.... . yaudah mas beliin, WA aja ya pesen berapa terus pedes atau enggaknya juga. kataku memecah omelannya yang aku yakin gak akan berhenti jika tidak di iyakan.

    Ketika aku masuk ruang tamu memberikan pesanan bakso adikku yang cerewet itu aku tertegun melihat cewek dengan baju sweater berwarna cream yang terbatuk batuk oleh rokok yang dihisapnya. Mukanya sangat cantik, mungkin berkat harmonisasi yang dibuat oleh tahi lalat nya, kecil mungil di sebelah pipi kirinya. Dengan tubuh yang paling kecil diantara teman-temannya dan mata yang bulat indah. Setelah teman-teman adikku pulang aku pun bertanya kepada adikku. Temenmu yang ngerokok itu siapa? Kataku sambil scroll sosmed. Namanya Arum, kenapa? suka yaaa. Goda adikku. Enggak cuma heran aja ternyata ada perempuan yang ngerokok di tengah stigma lingkungan yang seperti ini. Dia sebenarnya bukan perokok kok mas, dia merokok karena dia itu indigo. Hah indigo gimana maksudnya? Tanyaku keheranan sambil menaruh hpku di meja samping televisi. Iya katanya dia bisa mencium bau orang yang akan meninggal. Dan kata dia baunya sangat busuk seperti sampah yang ditimbun lama di tong sampah. Lah terus apa hubungannya dengan rokok? kataku menimpali. Entahlah aku juga enggak pernah kepo tentang hal itu. Lagian ya zaman sekarang mana ada hal begituan, sampai sekarang juga gk pernah ada kejadian hal hal aneh di circle teman temanku. Dia mah emang orangnya nyentrik aja, paling aneh lah di kelas. Dia mungkin juga terpaksa ikut ngerjain tugas bareng di rumah karena emang dosennya galaknya minta ampun. Paling killer deh pokoknya hiihhh. Kata adikku sambil menonton channel youtube kesukaannya.

    Akhirnya setelah sekitar semingguan aku liburan, aku kembali menjalani rutinitasku sebagai buruh pabrik di perusahaan makanan ringan yang lumayan besar. Setelah diliburkan karena memang lagi sepi sepinya. Waktu perjalanan pulang hujan turun sangat deras disertai angin yang begitu kencang hingga membuat pohon pohon di tepi jalan bergoyang goyang seperti sedang melakukan tarian. Akupun berteduh di sebuah supermarket karena sialnya aku tidak mengira akan turun hujan mengingat waktu siang tadi ketika berangkat panasnya menusuk ke punggung. Sekarang malamnya begitu dingin ditambah angin yang berhembus kencang. Akupun masuk ke dalam supermarket dan membeli kopi setelah itu duduk di bangku besi berwarna hitam di depan supermarket yang selalu menemaniku ketika singgah, Entah itu karena kehujanan ataupun ngantuk waktu perjalanan pulang kerja. Aku mulai melakukan ritual penenang, yaitu menyalakan rokok filterku sembari berharap hujan ini cepat reda. Ketika melihat sekeliling, pandangan ku terpaku kepada wanita yang duduk di depan kios UMKM penjual es boba kekinian yang memang akhir akhir ini sangat diminati oleh para pemuda. Perempuan itu memakai jaket hoodie berwarna hitam bertuliskan aksara jepang yang aku tidak mengerti artinya. yang membuatku terpaku adalah dia terbatuk batuk sambil memegang rokok di tangan kanannya. Ya dia adalah Arum teman sekelas adikku. Aku tidak berani mengajaknya bicara, karena aku memang sangat payah jika berinteraksi sama cewek, apalagi cewek itu belum kukenal sama sekali. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu, kakiku mulai melangkah ke stand es boba miliknya. Mau beli es apa kak? katanya menawari ku produknya. Matcha mbak balasku. Terdengar aneh sekali waktu hujan deras bukannya mengkonsumsi minuman hangat malah pesan es di tengah dingin yang menusuk ini. Tapi aku tak punya pilihan lain, aku mati gaya, lidahku kelu, aku kehabisan kata-kata, pikiranku beku. Sambil menyiapkan pesananku aku terpesona dengan kecantikannya. Lama sekali aku memandangi matanya yang indah. Dan ketika dia balik menatapku aku dengan segera mengalihkan pandangan ku ke jalan raya yang sedang basah tertimpa hujan. Aku mulai memberanikan diri untuk mengajaknya bicara. Arum kan? kataku. Loh kok tahu mas? masnya siapa ya? ucap Arum. Aku kakaknya Putri teman sekelasmu. Oh Putri yang ituu.. Obrolan kami pun terputus, Hanya ada suara truk yang lalu lalang dan suara dendang tak berpartitur oleh derasnya hujan. Rizal kataku mengulurkan tangan ketika ia hendak memberikan es matcha setelah menerima uang 50 ribu dariku. Arum katanya sambil tersenyum. Bentar ya kembaliannya ucapnya. Besok saja kembalikan waktu aku kembali kesini kataku tersenyum. Yaudah hati hati di jalan ya hujannya bentar lagi reda kok, "mereka" pamit pergi ke kota sebelah, kata Arum. Anehnya setelah dia berkata begitu suara tangisan langit perlahan mulai menghilang. Akupun kembali menaiki motor kesayanganku menuju ke rumah.

    Keesokan harinya sengaja aku berangkat lebih awal hanya untuk bertemu Arum. Didalam kepalaku masih ada banyak pertanyaan, tentang bagaimana dia tahu hujan akan berhenti dan kenapa dia merokok. Setelah sampai di depan supermarket kulihat stand nya malah tutup. Karena masih kurang 4 jam dari jadwalku masuk kerja aku kembali ke rumah. Ketika sampai rumah, di depan pintu kayu buatan kakekku kulihat ada cewek berdiri dengan pakaian serba hitam mengetuk-ngetuk pintu rumah. Cari siapa mbak? kataku, eh mas Rizal, anu mau ngembaliin bukunya putri sudah seminggu aku pinjem tapi lupa ngembaliinnya. Ternyata cewek tersebut adalah Arum, pantas saja stand di depan supermarket tutup. Putri lagi di kampus, tadi pagi dia berangkat, katanya lagi ada sosialisasi, kamu gak ikut? kataku. ehhh anu aku gak suka ikut kegiatan kegiatan begituan. Yaudah ayo masuk dulu, bentar ya aku ambilin minum. kataku sambil menerima buku dan meletakkannya di rak buku kamar adikku. Aku kembali membawa teh dingin dari lemari es. Suasana hening menyapa kami, hanya ada suara dentingan jam dinding dan suara mesin dari kipas angin tua. Akupun memulai ritual penenangku, menyalakan rokok dan memulai pembicaraan. Habis darimana? dari rumah kebetulan lagi ga ada matkul, oh iya kembaliannya yang kemarin mas ini. Loh kan sudah. Hah...? kapan, perasaan baru sekarang aku bertemu mas kembali. Lah ini sudah kan kamu kembali lagi sama aku. Duh maksudku uangnya mas. Uangnya punya kamu kalo kamu baru punyaku. Dih baru kenal udah sok-sok an ngegombal. katanya tersenyum tipis sambil menggaruk batang hidungnya, mungkin untuk menutupi senyuman manisnya. Kami mulai mengobrol tentang banyak hal sampai aku lupa pada rasa penasaranku padanya.

    Pada minggu pagi yang cerah aku bersiap siap untuk pergi kencan dengan Arum. Ya setelah obrolan panjang waktu itu aku memberanikan diri untuk mengajaknya kencan. Aku bergegas pergi menyusuri kota dengan motor bututku. Setelah sampai di suatu desa berkat bantuan google maps aku mulai mengontak Arum karena aku bingung yang mana rumahnya. Tak lama kemudian akupun melihatnya muncul di depan sebuah rumah warna putih sederhana. Dengan pakaian nya yang modis dia menyapaku di depan pintu rumah. Setelah pamit dengan kedua orang tuanya akupun pergi kembali ke kota berboncengan dengan Arum menuju sebuah cafe shop hasil rekomendasi dari Gemini. Setelah memesan makanan dan minuman Arum berkata, Baru kali ini ada cowok yang ngajak aku kencan. Berarti para laki laki yang kamu kenal itu buta, masa cewek cantik cantik gini ga ada yang mau ngajak kencan. Arum menggaruk hidungnya, sepertinya itu kebiasaannya ketika ia malu. Kata temen temen aku itu cewek yang aneh, di kelas juga aku sering di bully, dikatain cewek "prik" lah, dukun lah. Lalat emang gak bisa bedain mana sampah dan mana bunga. kataku. Dia kembali tersenyum sambil kembali menggaruk hidung nya. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya. ia pun kembali tersenyum. Kamu mau gak bersamaku selamanya kataku tersenyum lebar. Dia memandangi langit-langit, sepertinya dia sedang berpikir. Aku mau tapi kalo lagi sama aku tolong jangan merokok. Aku pun langsung mengiyakannya tanpa mempertanyakan hal tersebut.

    Dua tahun kemudian di pagi hari aku berangkat menuju kampus bersama keluarga ku untuk merayakan kelulusan adikku. Tak lupa aku membawa karangan bunga dengan kertas kecil yang menempel bertuliskan happy graduation. Aku membawa dua karangan bunga, satu untuk adikku dan satu lagi untuk kekasihku Arum. Sepulang dari acara kelulusan aku mengajak Arum pergi ke cafe shop langganan kami hanya untuk sekedar melepas rindu karena belakangan ini kami jarang bertemu. Arum disibukkan dengan skripsi skripsi an nya yang membuat waktu kami berdua menjadi terpangkas. Wih sudah jadi sarjana nih, tetep mau dipanggil sayang atau Arum sarjana ekonomi yang terhormat. Kataku membuka pembicaraan. Ihhh apaan sih mas itu kan cuma gelar gak penting, yang penting tuh ilmunya tau. Emang sudah dapat ilmu apa?. Gatau sih mungkin cuma dapat hikmahnya. Katanya bercanda, akupun tertawa. Aku mulai membuka bungkus rokokku yang tadi ku beli waktu berangkat menjemput Arum. Sayang jangan ngerokok, kan mas udah janji gk akan ngerokok waktu kita lagi berdua. Sebatang aja gk papa kan yang, lagi pengen ngerokok nih, dari kemarin aku gk dapet nikotin sama sekali, emang kenapa sih kan kamu juga ngerokok. Aku tuh ngerokok ada alasannya yang. Akupun kembali teringat akan rasa penasaranku ketika pertama kali bertemu Arum. Emang kamu ngerokok kenapa? kataku. Mas janji ya gak bakal bilang aku aneh. Enggak dong sayang yang aneh tuh hatiku, slalu aja gk bisa tenang kalo lagi deket sama kamu. Ihhh gombal mulu, Jadi sebenernya dari kecil aku dikasih kemampuan lebih sama tuhan. Aku bisa mencium bau orang yang akan meninggal baunya busuk banget jadi aku ngerokok biar baunya tuh hilang, anehnya hanya rokok yang bisa ngusir bau itu. Kalo hujan? kok kamu bisa tau kapan hujan akan berhenti. Aku gk tau kok yang, emang kapan aku pernah bilang sama kamu. Waktu kita ketemu di stand depan supermarket itu kamu pernah bilang ke aku kalo hujannya bentar lagi reda. Hahaha itu cuma kebetulan aja kali, lagian kan hujan pasti reda. Yaelah kukira kamu pawang hujan. Emang kalo aku beneran pawang hujan mau ngapain?. Mau minta tolonng turunin hujan sekarang biar kita bisa berduaan terus, nanti kalo sampai pulang malam tinggal bilang sama ibu kamu kalo tadi hujannya deres. Arum pun tersenyum sambil menyenderkan kepalanya di pundakku. Setelah dari cafe shop kami pergi ke toko emas karena bulan depan aku berniat melamar Arum untuk menikah denganku.

    Singkat cerita aku di mutasi oleh pabrik tempatku bekerja. Aku dipindahkan ke provinsi sebelah untuk menjadi trainer karyawan karyawan baru disana sekaligus naik jabatan dari karyawan menjadi kepala shift. Seminggu sebelum pernikahanku aku pergi ke stasiun untuk menaiki kereta yang akan membawaku ke tempat kerjaku yang baru. Sesampainya disana aku melihat Arum sudah menungguku untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Ini pertama kalinya kita LDR walaupun hanya seminggu karena minggu berikutnya aku sudah izin cuti ke perusahaan untuk menikah dengan gadis yang sangat kucintai. Hati hati ya sayang, jaga diri, jangan genit sama cewek disana. Kamu kan tahu sendiri kalo aku tuh payah banget kalo lagi bicara sama perempuan, dan lagi pula aku sudah punya kamu di hatiku. Tunggu aku minggu depan yah, kita akan bersama untuk selamanya. kataku. Aku merogoh tasku dan mengambil rokokku lalu menyalakannya sembari menunggu kereta tumpanganku datang. Ihhh sayang kok ngerokok sih. Percuma sayang di sekitar sini juga banyak yang ngerokok, kataku sambil menunjuk beberapa orang yang duduk sambil merokok dengan santainya. Arum terlihat gelisah, berkali kali dia mengusapi dahinya yang berkeringat. Kemudian tetes air mata mengalir di pipinya. Udah gausah sedih kataku sambil menghela nafas, aku pergi cuma seminggu kok yang sabar yah, nanti kalo udah sampai aku hubungi kamu oke. Aku punya firasat buruk mas, kata Arum. Kereta pun tiba dan berhenti di peron tepat di depan kami. Dengan segera akupun melangkahkan kakiku memasuki kereta tersebut. dia pun mengikutiku sampai diantara batas pintu masuk kereta. Akupun memeluknya dengan erat dan berbisik ke telinganya. Aku sayang banget sama kamu. Aku juga sayang banget sama mas. Lalu Arum mengendus endus kemeja ku. Akupun heran dengannya. Tiba tiba Arum ditarik oleh petugas stasiun dan berkata sudah ya mas mbak kereta mau berangkat. Lalu sang petugas pun menutup pintu masuk kereta api. Akupun dapat melihat dengan jelas dari balik jendela kereta Arum menangis. Air mata mengalir deras di pipinya. Kemudian kereta pun mulai bergerak perlahan meninggalkan stasiun. Arum berlari mengejar gerbongku yang kebetulan berada di paling belakang. dia berlari sambil menyeka air matanya, dia juga terlihat sedang mengatakan sesuatu tetapi aku tidak dapat mendengarnya. Tanpa sadar aku kembali mengingat momen-momen indah bersamanya. Waktu kami berdebat tentang negara timur tengah itu sebenarnya berada di mana, di timur atau di tengah. Dan ketika dia menggaruk hidungnya yang mancung itu. Teringat ketika kami berdua saling menyuapi nasi goreng di warung kemudian ditertawakan oleh bocah-bocah yang lewat dengan sepedanya. Teringat ketika kencan di atas bukit ketika dia kedinginan dan meminta jaket ku aku menahan tangannya dan berkata, Jangan aku aja yang pake jaket, kalo aku sakit yang jagain kamu siapa. Kemudian dia mencium bibirku. Teringat ketika kita bertengkar hebat hanya karena aku gak ngabarin dia karena hp ku mati kehabisan daya. Memori memori tersebut tanpa sadar terputar otomatis oleh otakku. Air mata pun tak terasa menetes di pipiku. Aku pun segera pergi ke kursi tempat aku duduk. Suasananya sangat tenang, hening. Hpku pun berdering di dalam saku. Di layar hp muncul nama bertuliskan Sayang menelponku. Aku pun mengangkatnya, Terdengar suara isak tangis Arum pada waktu itu. Sayang keluar sekarang, jangan naik kereta itu, aku sayang kamu, aku masih mau terus bersamamu selamanya. Belum sempat aku membalas kata kata yang kudengar dari hpku orang orang terlihat panik. Setelah mendengar pengumuman dari Masinis bahwa kereta akan adu banteng dengan kereta dari lawan arah. Semua berjalan begitu pelan, suara tangisan Arum, suara klakson kereta yang memekakkan telinga, suara teriakan dari penumpang, langkah kaki dari penumpang yang berlarian, suara tangisan bayi beserta sang ibu. Akupun diam mematung hpku terjatuh ke bawah. kenapa aku tidak mendengarkan Arum tadi, kenapa aku tidak curiga kepada firasat buruk Arum, kata pikiranku. Aku pun merogoh dompetku mengambil foto arum yang cantik dengan gaun putih yang kupilih untuk pernikahanku. Air matakupun mengalir dengan deras sambil tetap memegang erat foto Arum sang permata hatiku.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabut

  KABUT                          Pada suatu hari aku merasa sangat bosan dengan kehidupanku yang begitu-begitu saja. Para medioker pasti relate dengan hal ini. Bangun pagi, berangkat kerja, pulang, repeat. Sebuah pikiran spontan muncul di ruang ide ku. Pagi hari itu aku memutuskan untuk rehat sejenak dari rutinitas monoton yang melelahkan. Kuhubungi “Bos” tempatku bekerja untuk izin tidak dapat masuk kerja dengan alasan sakit. Aku pun mulai mengambil tas carrier ku dan mulai packing segala alat dan logistik untuk pendakian ku kali ini. Setelah packing, aku pergi keluar untuk membeli nasi bungkus di kampung sebelah. Kupacu perlahan kuda besi ku sambil membayangkan suasana tenang seperti apa yang akan kudapatkan nantinya. Mendaki sudah menjadi hobiku sejak jiwaku terlukai oleh hal hal duniawi yang sebenarnya tidak begitu mempengaruhi kehidupanku. Sebenarnya ada banyak h...

Cinta Sejati Takkan Pernah Terganti

            Pada saat menjelang hari terakhir ujian nasional SMP/Sederajat berlangsung terlihat seorang siswa sedang berpikir keras untuk menyelesaikan soal ujian nasional tersebut. Dengan berbekal pengetahuan yang sedang-sedang saja siswa tersebut mengerjakan soal ujian nasional sampai bercucuran keringat. Siswa tersebut bernama Bayu, seorang siswa pemalu, rajin, tekun, dan pendiam. Setelah bel berbunyi ia pun langsung pulang ke rumah, tidak seperti teman-teman nya yang nongkrong dulu dan menghisap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Ia selalu ingat pesan ibunya agar langsung pulang seusai sekolah. Pada saat perjalanan ke rumahnya dengan mengayuh sepeda, tiba-tiba ada ular yang melintas di depan sepedanya, memang ia selalu melewati jalan dekat sawah agar cepat sampai ke rumahnya. Dengan spontan ia langsung banting setir dan terjatuh diantara pohon, ia pun melihat sekeliling, ternyata tidak ada orang. Ia pun segera memb...